Real Oviedo, AS Cannes, dan Bagaimana Internet Menyelamatkan Sepakbola
Real Oviedo, AS Cannes, dan Bagaimana Internet Menyelamatkan Sepakbola

Tragedi yang sudah terjadi hendaknya dijadikan pelajaran, sementara potensi akan tragedi yang lain hendaknya sedini mungkin dicegah. Di sini internet memainkan peranannya. Di sini sepakbola modern beberapa kali berkeluh kesah, berusaha untuk mencegah terjadinya tragedi yang lain.
Salah satu potensi tragedi yang selalu mengintai sepakbola, sebagaimana di ranah kehidupan lain adalah soal keuangan. Sudah tak terhitung jumlahnya tragedi sepakbola yang terjadi akibat masalah keuangan. Kegagalan Dynamo Dresden, klub legendaris Jerman Timur yang membesarkan Matthias Sammer, untuk bersaing di kasta tertinggi sepakbola Jerman pasca-reunifikasi disebabkan karena masalah keuangan. Belum lagi soal wafatnya Diego Mendieta yang sedikit banyak dipengaruhi oleh masalah keuangan Persis Solo. Masalah keuangan selalu menjadi momok mengerikan bagi sepakbola.
Meski begitu, tidak semua berakhir dengan tragedi. Ada beberapa yang berakhir dengan cerita manis. Real Oviedo misalnya. Klub yang melahirkan beberapa bintang sepakbola Spanyol ini pernah nyaris meregang nyawa akibat krisis keuangan selama sekitar satu dasawarsa. Sepakbola yang termanifestasikan dalam diri pemain, penggemar, jurnalis, dan aktor-aktor lain kemudian melakukan gerakan masif kolektif untuk menyelamatkan salah satu klub bersejarah di Spanyol ini. Keluh kesah akan potensi tragedi yang bisa menimpa Real Oviedo ini berhasil menarik perhatian khalayak sampai akhirnya klub ini bisa diselamatkan dari kematian.
Real Oviedo sedikit banyak harus berterima kasih kepada seorang jurnalis Inggris yang bermukim di Madrid, Sid Lowe. Kontributor sepakbola Spanyol untuk berbagai media ternama dunia seperti The Guardian, Four Four Two, dan World Soccer ini melakukan blow-up habis-habisan untuk menyelamatkan Real Oviedo dari kebangkrutan. Menggunakan akun Twitter-nya sebagai media utama, Lowe tanpa lelah mengampanyekan penyelamatan Real Oviedo lewat tagar #SOSOviedo.

Sebagai jurnalis terkemuka, Lowe memang memiliki jaringan yang luas untuk mengampanyekan penyelamatan Real Oviedo ini. 17 November 2012 ditetapkan menjadi batas akhir pengumpulan uang sebesar 2,5 juta euro untuk menghindarkan klub ini dari kebangkrutan. Tidak hanya itu, mereka juga butuh sekitar 4 juta euro untuk bertahan hidup dalam beberapa waktu ke depan. Jumlah itu tidak akan berarti apa-apa untuk tim-tim raksasa Eropa, tetapi bagi Oviedo jumlah ini artinya sambungan nafas. Uang receh bagi tim-tim raksasa Eropa itu berarti kehidupan bagi mereka.
Real Oviedo sampai musim lalu masih berlaga di Segunda Division B alias Divisi Tiga Liga Spanyol. Mereka bermain di La Liga untuk terakhir kalinya di musim 2000/2001. Pada tahun 2003, tim ini juga pernah nyaris bangkrut namun berhasil diselamatkan oleh aliansi suporter yang dipimpin oleh seorang suporter fanatik bernama Juan Ramon Gonzalez. Keberhasilan para suporter menyelamatkan Real Oviedo tersebut selalu diingat dengan sebutan 'Espiritu 2003' atau Semangat 2003. Memori romantis inilah yang coba disentil kembali oleh Sid Lowe.
Dengan follower pengikut mencapai ratusan ribu dan jaringan yang luas, kampanye #SOSOviedo ini mampu mencapai seluruh pelosok dunia. Terbukti hanya dalam dua minggu, seperti yang diklaim Lowe di kolom The Guardian-nya, saham senilai 1,93 juta euro berhasil dikumpulkan dari hasil penjualan kepada 20.000 orang dari 60 negara. Satu lembar saham sendiri dihargai sebesar 10,75 euro. Sebuah harga yang tentunya sangat terjangkau untuk masyarakat biasa.
Ini semua belum termasuk dana yang dikucurkan Real Madrid senilai 100.000 euro yang diberikan lewat Dewan Kota Oviedo dan pembelian saham senilai 2,5 juta euro oleh orang terkaya dunia, Carlos Slim di hari terakhir pengumpulan dana. Hal ini tidak lepas juga dari keberhasilan kampanye Lowe yang menarik perhatian figur-figur ternama sepakbola seperti Miguel Michu, Santiago Cazorla, Juan Mata, dan Adrian Lopez. Figur-figur tenar ini juga kemudian turut serta menyebarkan kampanye penyelamatan Oviedo.
Keberhasilan kampanye penyelamatan yang diinisiasi oleh Sid Lowe tersebut kemudian menginspirasi gerakan serupa di Prancis. Saat ini, klub AS Cannes yang melahirkan Zinedine Zidane, Patrick Vieira, Gael Clichy, Jonathan Zebina, dan Sebastien Frey ini terancam gulung tikar. Lagi-lagi tragedi finansial mengintai salah satu entitas sepakbola penting. AS Cannes saat ini membutuhkan dana sekitar 1,2 juta euro untuk selamat dari kebangkrutan.
Sebuah situasi yang sedikit ironis tentunya. Ketika Paris Saint-Germain dan AS Monaco bisa menghabiskan puluhan juta euro tanpa berpikir dua kali, sebuah klub penting justru sedang sekarat.
Semuanya berawal di tahun 1998 ketika AS Cannes terdegradasi ke Ligue 2. Sebagai klub yang menjadi penghasil pemain, skuat mereka kerap digerogoti oleh tim-tim yang lebih kaya. Hasilnya, skuat Cannes terus-menerus melemah sampai akhirnya mereka terdampar di Championnat National atau setara divisi tiga.
Pada tahun 2011, DNCG (Direction Nationale du Controle de Gestion), organisasi yang berfungsi untuk memonitor keadaan finansial klub-klub sepak bola Perancis, memutuskan bahwa AS Cannes harus turun ke divisi amatir (Championnat de France Amateur) yang setara dengan divisi empat.
Dewan Kota Cannes saat ini sudah mulai bergerak untuk mencari investor bagi klub ini walaupun sampai saat ini belum ada pihak yang betul-betul menunjukkan keseriusan. DNCG sendiri sudah memberi batas hingga 24 Juni 2013 untuk mengumpulkan dana 1,2 juta euro tersebut. Sebelumnya, DNCG sudah memberikan batas sampai 18 Juni 2013, namun DNCG memutuskan untuk memberi nafas tambahan bagi AS Cannes.
Meski begitu, sampai saat ini kampanye yang dilakukan oleh Johnson dan Gibney belum juga memenuhi ekspektasi. Standar yang mereka inginkan adalah seperti yang terjadi pada Real Oviedo bulan November 2012 silam, tetapi hingga saat ini mereka belum bisa mendapatkan perhatian seperti yang diperoleh Oviedo. Meskipun tulisan Jonathan Johnson sudah bisa ditemukan di media ternama, ESPN Soccernet, reaksi publik belum semasif untuk Real Oviedo.

Hal ini lebih kurang disebabkan oleh pihak AS Cannes sendiri yang masih menutup akses untuk pengumpulan dana kolektif. Berbeda dengan Real Oviedo yang memang sudah tak asing bagi pengumpulan dana kolektif, akun PayPal untuk menyelamatkan Real Oviedo segera dibuat ketika itu, sehingga akses publik untuk menyalurkan bantuan menjadi mudah dan terbuka. Hal macam ini belum tampak di kasus AS Cannes ini, walaupun dari pihak Johnson dan Gibney sudah melakukan kontak secara kontinyu dengan pihak AS Cannes.
Mari kita abaikan dahulu hasil dari usaha yang dilakukan oleh Jonathan Johnson dan Andrew Gibney. Satu hal yang penting di sini adalah adanya sebuah tren yang berusaha untuk diulang. Keberhasilan Sid Lowe menginisiasi penyelamatan Real Oviedo lewat internet berhasil menginspirasi pihak lain untuk melakukan hal serupa. Semoga tren ini dapat meraih hasil optimal di AS Cannes dan di tempat-tempat lain ketika suatu hari nanti dibutuhkan.
This is how the internet saves football!
Comments
Post a Comment