Resensi Perahu Kertas
Judul Buku
: Perahu
Kertas
Penulis
: Dewi
Lestari (“Dee”)
Editor : Hermawan
Aksan
Tanggal
Terbit : Agustus
2009
Penerbit : Bentang
Pustaka
Tebal
: 444
Halaman, 20 cm
ISBN :
978-979-1227-78-0
Tentang Penulis
Dewi Lestari, yang bernama pena Dee, lahir di Bandung, 20
Januari 1976. Novel Perahu Kertas ini sudah lebih dulu dilansir dalam versi
digital (WAP) pada April 2008, dan kini diterbitkan atas kerja sama antara
Truedee Books dan Bentang Pustaka. Naskah yang awalnya ditulis pada 1996 dan
sempat ‘mati suri’ selama 11 tahun ini akhirnya ditulis ulang oleh Dee pada
akhir 2007, menjadikan Perahu Kertas sebagai novel pertamanya yang bergenre
populer. Perahu Kertas adalah karya Dee yang keenam sesudah Supernova: Ksatria,
Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova: Akar, Supernova: Petir, Filosofi Kopi,
dan Rectooverso.
Sinopsis
Novel
Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa, tangis,
dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang kembali
pulang menemukan rumahnya.
Novel ini mengangkat tema persahabatan empat sekawan ,
dimana kisah ini dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus
SMA, yang selama enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan
merupakan sosok yang cerdas dan memiliki bakat melukis yang sangat kuat, dan ia
tidak punya cita-cita lain selain menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan
ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk
kuliah. Keenan diterima berkuliah di Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di sisi lain, ada Kugy, cewek unik cenderung memiliki
penampilan berantakan-eksentrik, namun ia memiliki imaginasi yang tinggi, ia
juga akan berkuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy
menggila-gilai dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman bacaan, ia juga
senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu yaitu ingin menjadi juru
dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang
meyakinkan dan mudah diterima di lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia
menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni.
Eko adalah sepupu Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil.
Terkecuali Noni, mereka semua hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di
universitas yang sama di Bandung. Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling mengagumi, mulai
mengalami transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk
mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba tidak
memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok bernama Joshua, alias Ojos
(panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy). Sementara Keenan saat
itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda bernama Wanda,
sesosok gadis yang senasib dengan keenan. Keduanya berbakat menjadi pelukis
namun kedua orang tua mereka jugalah yang tidak setuju karena orang tua mereka
berpendapat bahwa lukisan tidak bisa menghasilkan uang untuk hidup. Karena
merasa senasib, hubungan keduanya semakin dekat.
Namun, saat Kugy melihat hal itu, ia seperti cemburu namun
ia juga berusaha untuk menampiknya. Toh, dia juga sudah punya cowok. Entah apa
yang ada dibenak Wanda hingga ia mau melakukan apa saja demi menunjukkan rasa
cintanya pada Keenan. Ia memang berhasil! Ia memang berhasil membuat Keenan
menjadi kekasihnya sekarang. Saat mendengar bahwa Wanda dan Keenan sudah
menjadi sepasang kekasih, Kugy seakan ditombak peluru tepat pada dadanya. Kugy
tak tahu apa yang ia rasakan. Kugy bingung dengan perasaannya sendiri. Disatu
sisi, ia memiliki Ojos kekasihnya, namun disatu sisi ia merasa ada special
feeling buat Keenan. Ojos mulai merasakan perubahan sikap pada Kugy. Ia merasa
Kugy sudah tak peduli lagi padanya. Hingga akhirnya, hubungan mereka kandas.
Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas
menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di
sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik,
muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan
cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang diberi
judul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Kugy menulis kisah tentang
murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia
berikan pada Keenan.
Hubungan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai
berubah. Wanda berfikir, Keenan tak sepenuhnya mencintainya hingga mereka
berdua menghadapi konflik besar dan akhirnya mereka kandas juga. Saat dua
pasang kekasih itu tak lagi menjalin cinta. Keenan disadarkan dengan cara yang
mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam.
Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga
keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya,
Pak Wayan.
Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya
merupakan seniman-seniman sohor di Bali, mulai mengobati luka hati Keenan
pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde
Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan
kisah-kisah “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit” yang diberikan Kugy padanya,
Keenan menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para
kolektor.
Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan
mulai kesepian di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah dengan cepat
dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di
sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy
meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba
spontan membuat ia menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu. Namun Remi
melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi
juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan
akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan
Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sayangnya, Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali.
Karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke
Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Walaupun Keenan melakukan "long-distance" dengan Luhde dan Kugy tidak
bisa selalu bertemu tiap hari dengan Remi, hubungan cinta mereka baik-baik saja.
Mereka merasa telah menemukan cinta masing-masing. Namun, hal tersebut tak
bertahan lama. Luhde merasa hati Keenan tak sepenuhnya untuk dirinya dan
Remi-pun juga merasa seperti itu. Dan pada akhirnya lukisan dan dongeng itu
bersatu serta hati dan impian mereka bertemu.
Pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan. Bahkan
empat sekawan ini bertemu lagi. Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda. Dan
kembali, hati mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini
pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa
kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu
kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu
bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati
sesungguhnya selalu tahu.
Kelebihan Novel
Novel
dari Dewi “dee" Lestari yaitu “Perahu Kertas” sangat bagus dan menarik.
Dimana dalam novel ini mengangkat tema persahabatan empat sekawan yang
easy-reading dan heart-catcing untuk pembaca dari berbagai lapisan usia.
Dikemas dengan bahasa dan pendeskripsian keadaan yang lugas tetapi penuh syarat
akan nilai-nilai serta makna kehidupan. Tidak hanya bercerita tentang remaja,
tetapi bercerita tentang dinamika kehidupan empat orang remaja serta
korelasinya dengan lingkungan internal. Ditambah lagi dengan penggambaran
setting waktu dan tempat yang sangan detail tetapi tidak berlebihan seakan
membuat seolah kita ikut terlibat di dalamnya.
Kekurangan Novel
1.
cerita
akhirnya menurut saya kurang jelas, masih menggantung sehingga menimbulkan rasa
penasaran bagi para pembacanya.
2.
Pada pertengahan cerita dirasakan adanya kejenuhan.
Selain itu pembaca cenderung dapat menebak akhir dari cerita novel ini.
Unsur Intrinsik Buku
a.
Tema
Tema yang diambil adalah Persahabatan
b.
Alur
Dilihat
dari cerita Novel ini , termasuk alur maju mundur artinya dalam cerita terjadi
flashback ke masa lalu dan kejadian masa depan.
c.
Sudut Pandang (Point of View)
Sudut
pandang adalah cara atau pandangan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Dalam
Novel Perahu Kertas ini, sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga
tunggal.
d.
Penokohan
Penokohan
pada novel ini digambarkan oleh pengarang denagn sangat jelas. Melalui
cirri-ciri fisik maupun penggambaran sifat. Sifat tokoh yang digunakan adalah
Protagonis dan Tritagonis.
e.
Gaya Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam novel ini , adalah gaya bahasa yang mengikuti perkembangan
zaman sekarang(modern) dan sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang sehingga
novelnya dapat dengan mudah dimengerti.
Comments
Post a Comment